Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat terhadap penyebaran Agama Kristen di berbagai daerah Indonesia

Diposting oleh benazir_aisya on
Agama baru yang dikenalkan pemerintah kolonial kepada masyarakat Indonesia, yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Agama Kristen Katolik di bawa oleh kaum misionaris Portugis, sedangkan agama Kristen Protestan disebarkan oleh para Zending Belanda. Misi adalah usaha atau organisasi yang bertugas menyebarluaskan agama Kristen Katolik, sedangkan Zending adalah usaha atau organisasi yang bertugas menyebarluaskan agama Kristen Protestan. Masyarakat indonesia di wilayah bagian timur cukup banyak yang tertarik untuk menganut agama Kristen, terutama di Papua, Maluku, Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Pada awal pertumbuhannya, agama Kristen disebut Katolika yang berasal dari kata katho (bahasa Yunani )yang bermakna gereja bersifat Universal atau berlaku untuk semua. Namun, sejak tahun 1054 dalam agama Kristen terjadi perpecahan yakni menjadi Katolik Romawi dan Katolik Yunani. kemudian dalam tahun 1517 terjadi perpecahan lagi setelah munculnya reformasi terhadap gereja yang digalang oleh Mertin Luther di Jerman. Golongan pembaharu agama Kristen ini memisahkan diri dari Gereja Katolik Romawi dan kemudian disebut Protestan.

1. Misionaris Portugis di Indonesia
Kegiatan misi Portugis di Indonesia terutama berlangsung di wilayah bagian timur, seperti di Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Pulau Siau, dan Sangir. Para Misionaris berusaha pula menyebarkan agama di kawasan Indonesia bagian barat, seperti di Jawa Timur kalimantan Selatan, namun tidak memperoleh hasil yang diharapkan.
Pada tahun 1570 pusat misi di Maluku ditimpa bencana yang hebat. Hal ini disebabkan terbunuhnya Sultan hairun (Ternate) dalam sebuah benteng yang dilakukan para pejabat kolonial Portugis. Rakyat Ternate kemudian mengobarkan perlawanan terhadap bangsa Portugis. kedudukan misi Portugismenjadi semakin terjepit. Semua orang Portugis menjadi sangat dibenci, kehidupan rohani mundur, jumlah penganut Kristen berkurang, dan jumlah misionaris tinggal sedikit serta menderita. Keadaan ini diperparah dengan kehadiran pemerintah kolonial Belanda di Maluku. Dengan demikian, peranan Portugis di Indonesia semakin merosot sejak anad ke-17. Mereka gagal menyaingi kiprah Belanda di Indonesia. Akibatnya, penyebaran agama kristen Katolik mulai surut dan digantikan oleh Belanda yang menyebarkan Kristen Protestan.

2. Zending Belanda di Indonesia
Sejak abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan. Pada masa itu agama Katolik Roma sebagai agama resmi diganti dengan agama Kristen Protestan. Pemerintah Belanda bahkan melarang perayaan ibadah Katolik Roma di muka umum. Mereka hanya boleh berkumpul di rumah - rumah atau gedung - gedung gereja samaran. Di negeri - negeri jajahan, Belanda pun menerapkan politik anti-Katolik.
VOC yang terbentuk tahun 1602 mendapat kekuasaan dan tanggung jawab memajukan agama. Untuk mendukung keberhasilan penyebaran agama di tanah jajahan, VOC menyatakan " siapa punya negara, dia punya agama". Oleh karena itu, orang - orang yang telah menganut agama Kristen Katolik disuruh memasuki agama Kristen Protestan. Hal ini terjadi di Ambon, Minahasa, Sangir, dan tempat - tempat lain. selain itu, VOC pun mendatangkan guru - guru injil dan pendeta - pendeta dari Belanda, mendirikan sekolah - sekolah, dan membiayai upaya penerjemahan injil ke dalam bahasa setempat. Namun, VOC yang mempunyai kepentingan mengerukkeuntungan ekonomis di tanah jajahan adakalanya menjadikan gereja sebagai alat yang harus tunduk kepadanya. Salah satu wujud ketundukan pendeta terhadap VOC yakni para pendeta harus memuji - muji kemenangan dan kebesaran VOC di depan jemaatnya. Padahal mereka mengetahui VOC sebagai penjajah yang tidak menghiraukan rasa kemanusiaan. Tindakan VOC seperti itu tentu saja menurunkan citra para Zendeling di mata masyarakat Indonesia

Sejarah Munculnya Islam di Indonesia.

Diposting oleh benazir_aisya on
Bab. Islam ( peranan pedagang dan Ulama dalam proses awal perkembangan Islam di Indonesia )

Awal penyebaran agama Islam di Indonesia tidak lepas dari peran para pedagang. Para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang datang ke Nusantara berupaya mencari simpati dari masyarakat setempat. Mereka mendekati para Raja, Bangsawan dan bergaul akrab dengan para penduduk yang didatanginya. Diantara para pedagang ada yang mampu menjadi orang penting di pelabuhan yaitu : Syahbandar ( kepala pelabuhan ). Mereka mengawini putri raja dan anak - anak bangsawan pribumi. Dengan perkawinan itu, ikatan kekerabatan terjalinlah ikatan yang besar. Setelah para Raja dan Bangsawan memeluk Agama Islam dengan sendirinya masyarakat akan mengikuti.

Tahap berikutnya, agama Islam disebarkan melalui pendidikan pesantren oleh Mubaligh. Kedatangan mereka diperkirakan ikut dalam rombongan para pedagang. Para Mubaligh membentuk kader yang kelak menjadi ulama atau guru agama. Seusai menempuh Pendidikan, Para Kader itu menyebarkan agama Islam sampai ke pelosok - pelosok melalui kegiatan dakwah dan pengajian.

-Kronologi proses masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara-

Sumber sejarah yang menginformasikan Islam masuk ke Nusantara pada Abad ke-7 adalah :
a. Berita Cina zaman Dinasti Tang yang menerangkan pada tahun 674 orang - orang Arab telah menetap di Katon. Groeneveldt berpendapat waktu yang sama kelompok orang Arab yang beragama Islam itu mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatra. Perkampungan tersebut adalah Barus atau Fanrus.
b. Pada waktu Sriwijaya menggembangkan kekuasaan sekitar abad ke-7 dan ke-8, para pedagang muslim telah ada yang singgah di kerajaan itu sehingga diduga beberapa orang di Sumatra telah memasuki Islam.
c. Pada tahun 674 Raja Ta-shih mengirim duta kerajaan Ho-Ling untuk membuktikan keadilan, kejujuran, dan ketegasan Ratu Sima. Berkenaan dengan peristiwa ini, Hamka menafsirkan masuknya agama Islam ke Jawa bersamaan waktunya dengan di Sumatra, yaitu abad ke-7.

Sumber sejarah yang menyatakan bahwa Agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada Abad ke-13 adalah :
a. Catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada Tahun 1292 masehi dan berjumpa dengan orang - orang yang telah menganut Islam.
b. Ditumukannya Nisan makam Raja Samudra Pasai Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297 Masehi.

-Teori Pembawa Islam ke Nusantara-
a. Teori Gujarat
Teori ini menitikberatkan pandangan ke Gujarat berdasarkan pengamatan terhadap bentuk relief nisan Sultan Malik al-Saleh yang memiliki kesamaan dengan nisan - nisan yang terdapat di Gujarat, India. Bukti peninggalan batu Nisan tersebut menunjukkan telah adanya hubungan antara Gujarat dan Samudra Pasai. Pendukung Teori ini adalah W.F. Stutterheim.
b. Teori Mekah
Para ahli yang mendukung teori Mekah menyatakan bahwa masyarakat Nusantara yang pertama kali masuk Islam menganut Mahzab Syafi'i. Pada saat itu Mahzab Syafi'i merupakan Mahzab istimewa di Mekah. Selain itu, sejak tahun 674 telah terdapat perkampungan orang - orang Arab di Pantai barat Sumatra. Hamka adalah pendukung Teori ini.
c. Teori Persia
Pendukung teori Persia mengemukakan bahwa terdapat beberapa kesamaan kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Nusantara dengan Persia. Kesamaan kebudayaan itu Antara laindalam hal peringatan 10 Muharam atau Asyura sebagai peringatan kaum Syiah atas kematian Husain, putra Ali. teori ini didukung oleh PA. Hoesain Djajaningrat.

-Tahap awal perkembangan Islam di Nusantara-
a. Di Sumatra, Islam muncul pada abad ke-13 Agama Islam menyebar ke Selatan hingga akhirnya dianut sebagian besar masyarakat Sumatra. Syekh Ismail adalah Tokoh yang menyebarkan Islam di pedalaman Sumatera.
b. Agama Islam mulai berkembang di Pulau jawa pada abad ke-11. Bukti yang memperkuat dugaan itu adalah ditemukannya batu nisan Fatimah binti Maimun dan Kesultanan Demak.
c. Perkembangan Islam di Maluku terjadi pada abad ke-14.
d. Perkembangan Islam di Kalimantan sejak anad ke-16.
e. Daerah Sulawesi, didatangi pedagang muslim pada abad ke-15.
f. Islam mulai masuk ke Lombok pada permulaan abad ke-16.

-Faktor penyebab mudah berkembangnya Agama Islam di Indonesia, yaitu :-
a. Agama Islam disebarkan dengan jalan damai,
b. tidak adanya sistem Kasta dalam Islam,
c. Upacara ritual dalam Islam sangat sederhana,
d. syarat seseorang masuk Islam sangatlah mudah,
e. penyebaran Islam menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada.